Fulwaving Honda Beat

Fulwaving Honda Beat

Modifikasi kelistrikan fullwave pada Honda Beat gampang-gampang susah. Gampang sebenarnya sih, tapi susah jika nggak punya peralatan yang memadai untuk bongkar pasang. Sistem kelistrikan fullwave mengharuskan untuk memisah ground AC dan ground DC, dan mem-floating ground AC. Sementara ground AC sendiri diletakkan di bodi statorStator sendiri berada di balik flywheel magnet. Jadi mau nggak mau harus bongkar stator dulu :)


Alternator Honda Beat terletak di sebelah kanan, di sisi knalpot … tepatnya di balik kipas pendingin mesin.
Setelah membuka cover kipas dan kipasnya, lanjutkan dengan membongkar flywheel magnet. Untuk yang satu ini musti punya alat khusus, yaituflywheel puller atau dikenal sebagai treker magnet
Selanjutnya tinggal membongkar stator …
Nah, lepaskan kawat tersebut dari tab ground … bisa pake solder, bisa dipotong :-D Sementara kabel hijau biarin aja … itu adalah jalur ground untuk pulser.
Kemudian tambahkan kabel ektra … usahakan agak panjang (di sini saya pakai kabel warna cokelat), ukuran paling tidak sama dengan kabel spul, dan yang penting tahan panas :-)
Sambungkan ujung kabel ekstra ini dengan ujung kawat yang telah dicabut tadi … Jangan lupa tutup/isolasi sambungan tersebut dengan heat-shrink atau selang bakar agar tidak konslet dengan yang lainnya.
Rapikan kembali supaya nggak tersambar flywheel magnet yang bakal berputar kencang …

Sekarang perhatikan soket kabel yang menuju stator … di situ ada 3 jalur kabel: putih (spul pengisian/charging), kuning (spul lampu), dan biru-kuning (jalur pulser, untuk sinyal timing pengapian). Spul lampu nggak digunakan lagi, jadi lepaskan kabel kuning dari soket kabel tadi, lalu isolasi agar nggak mudah konslet ke mana-mana.
Sudah? Pasang kembali stator ke tempatnya semula … sekarang kita lakukan tes sedikit tuk meyakinkan modifikasi sudah benar atau belum :D
Ambil multimeter (saya pakai yang digital), set ke range “continuity” … multimeter bakal berbunyi beep kalau kedua probe/tester merah & hitam saling disentuhkan.
Dari soket stator, pasang masing-masing probe multimeter pada jalur kabel putih dan kabel ekstra. Multimeter HARUS berbunyi. Jika tidak, pertanda ada salah satu jalur yang putus, atau kemungkinan terburuk, kawat spul yang putus!
Lanjut, sekarang antara kabel putih dan ground/rangka … multimeter harus TIDAK berbunyi. Begitu juga antara kabel ekstra dengan ground/rangka. Jika berbunyi, kawat spul masih terhubung dengan ground, berarti modifikasi fullwave belum berhasil.
Nah, setelah lulus uji, stator tersebut siap menjadi stator fullwave — alias, nggak ada sedikit pun kawat kumparan yang terhubung dengan ground/rangka …

Well, setelah berhasil, kita akan lanjut k proses setting kiprok :)
Kini saatnya mengganti regulator (kiprok) bawaan motor dengan regulator fullwave. Di sini saya memakai regulator milik Honda Tiger. Harga regulator ini sekitar Rp 250rb (branded AHM). Atau bisa menggunakan regulator Tiger produk lain (non-AHM) yang hanya berharga Rp 80rb.
Regulator Tiger berukuran sedikit lebih lebar dibanding regulator bawaan Honda Beat. Jadi pinter-pinter menentukan lokasi pemasangannya :)Usahakan nggak jauh dari posisi alternator dan aki, biar irit kabel, huehuehue :D
Nah, regulator ini memiliki 5 pin/kaki/terminal … 3 pin di atas (kita urut menjadi pin #1, #2, dan #3) dan 2 pin di bawah (kita urut menjadi pin #4 dan #5). Jangan lupa soket kabel untuk regulatornya … bisa dibeli di toko-toko elektronik atau toko onderdil mobil. Biasanya dikenal dengan sebutan “soket 6-kaki baring”. Atau bilang aja soket kontak mobil.
Nah, sebelum instalasi jalur kabel, jangan lupa cabut fuse 15A atau lepas kabel terminal “+” aki agar nggak terjadi short/konslet secara nggak sengaja.
Oke. Perhatikan lagi kabel-kabel dari stator … Di situ terdapat 3 kabel standard (putih, kuning, dan biru-kuning), plus satu kabel ekstra (cokelat). Kabel kuning nggak digunakan karena sudah dilepas dari soket kabel dan diisolasi, sementara kabel biru-kuning nggak diganggu gugat (ini jalur positif pulser yang mengatur timing pengapian di CDI). Kabel putih masih duduk manis di soket stator. Jadi sisa kabel ektra (cokelat yang belum terpasang) … inget, kabel ekstra ini sama seperti kabel putih, yaitu sebagai jalur pengisian (charging).
Nah, di soket regulator lama ada 4 kabel terpasang, yaitu: jalur positif aki (kabel merah), jalur ground (kabel hijau), jalur pengisian (kabel putih), dan jalur lampu (kabel kuning).
Dari soket lama tadi, pindahkan kabel merah ke pin #1 regulator Tiger. Lanjut, pindahkan kabel hijau ke pin #3 regulator Tiger. Lanjut lagi, pindahkan kabel putih ke pin #4 regulator Tiger.
Untuk kabel kuning, gabungkan dengan jalur output kunci kontak (kabel hitam, bisa diambil dari fuse 10A) dan pindahkan ke pin #2 regulator Tiger. Pin #2 merupakan jalur “voltase referensi”. Di sini kita bakal memonitor tegangan aki melalui jalur “+” output kunci kontak — kunci kontak terhubung dengan jalur positif aki melewati fuse 10A. Jadi fungsi monitoring aktif jika kontak pada posisi ON.
Sementara jalur lampu (lampu utama & lampu senja) mengambil suplai listrik dari aki melalui jalur output kunci kontak. Itulah kenapa kabel kuning tadi kita jumper dengan kabel hitam dari output kunci kontak. Dengan begitu lampu hanya bisa dinyalakan jika kunci kontak pada posisi ON.
Nah, sisa satu pin lagi … Inget kabel ekstra dari stator? Sekarang pasang kabel ini LANSUNG ke pin #5 regulator Tiger (boleh bolak-balik dengan kabel putih, pin #4). Maksudnya “LANGSUNG”, jalur ini nggak boleh numpang ke jalur lain … jadi dari spul langsung ke regulator. Itulah kenapa saya minta gunakan kabel ekstra yang rada panjang :)
Skema pemasangan secara lengkap bisa dilihat di bawah:
Sudah terpasang semua? Sekarang coba hidupkan mesin motornya … Fuse aki (15A) dan/atau kabel terminal aki jangan dipasang dulu. Kemudian nyalakan mesin motor dengan starter kaki (engkol). Bisa menyala? Ok, matikan! Berarti modifikasi alternator dan regulator fullwave berfungsi dengan baik.
Sekarang pasang kembali fuse 15A dan/atau kabel terminal aki yang dilepas tadi. Kemudian ON-kan kunci kontak dan nyalakan lampu utama. Jika menyala, berarti jalur lampu terpasang dengan baik. Ok, matikan lampunya :D
Lanjut, ukur voltase di terminal aki menggunakan multimeter. Perhatikan angka di multimeter … itu menunjukkan nilai voltase aki (biasanya kisaran 12.3~12.8V). Kemudian nyalakan kunci kontak dan mesin (boleh pake starter elektrik, boleh pake starter engkol). Lihat lagi angka di multimeter. Nilainya harus lebih tinggi dari 12V … kisaran 13~15V, pertanda output regulator mengambil alih suplai listrik.
Kemudian nyalakan lampu utama … biasanya voltase bakal turun mencapai 12V atau kurang dikit … ini normal. Lanjut putar gas sedikit (kira-kira setara dengan berjalan pada kecepatan 30~40 km/jam). Nilai voltase bakal naik hingga maksimal 14.5~15.6V … artinya ada suplai dari output regulator. Nilai ini nggak boleh >16V (baik kondisi tanpa beban maupun beban penuh) karena beresiko “menyiksa” aki dan komponen elektrik lainnya, termasuk CDI! Jika output regulator >16V, periksa jalur voltase referensi terpasang dengan baik … atau … dengan terpaksa ganti regulator :) Dan pada kondisi beban penuh, voltase juga nggak boleh kurang dari 12.8V. Kurang dari itu, aki bakal tekor karena tidak terisi (charge) dengan baik.
Selesai! :)


Nb : Untuk Motor Lain, bisa coment di bawah :)

1 komentar:

  1. Numpang tanya master.gimana kalo kiproknya pake standarnya aja.ada ngaruh gk gan

    BalasHapus

Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda